Thursday, March 31, 2011

Karya Ilmiah Pengelolaan Limbah Air

Ini merupakan karya ilmiahku yang aku buat untuk tugas Bahasa Indonesia, semoga bermanfaat ya...



PENGELOLAAN LIMBAH AIR DI PERUMAHAN 



Oleh: Eki Adetya Nugraha IXa




SMP BHAKTI PERTIWI
Jln. Pakuniran ( (0335) 774616
PAITON – PROBOLINGGO (67291)

Air merupakan suatu karunia tuhan yang memiliki peranan penting  dalam kehidupan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Air sangat membantu kehidupan makhluk hidup baik untuk mencuci, memasak, mandi, bahkan sebagai sarana irigasi di persawahan. ¾  dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup tanpa air 4-5 hari. Air telah digunakan oleh orang-orang di seluruh didunia dari zaman prasejarah, sejarah, dan modern seperti saat ini. Kehidupan manusia memang tidak dapat dipisahkan dari air. Sebagai salah satu komponen abiotik dari lingkungan, air memang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan makhluk hidup dan penyeimbang ekosiem di alam yang sampai saat ini diketahui keberadaannya di bumi, tidak diplanet lain  di tata surya kita. Dengan kata lain karena air, Bumi menjadi satu-satunya planet yang memiliki kehidupan.

Secara teori, air merupakan persenyawaan antara satu atom oksigen (O) dengan dua atom hydrogen (H2), membentuk molekul H2O. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi. Air terdapat dalam berbagai macam bentuk misalnya uap air, es, cair, dan salju. Air dibedakan menjadi air tawar dan asin. Air tawar dapat ditemukan di sungai, danau, dalam tanah, dll. Air tersebut lalu akan mengalir ke laut menjadi lalu menguap hingga kembali lagi ke bumi melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara continue. Air asin merupakan air yang berada di laut atau sekitar 97% dari jumlah total air didunia. Menurut Hefni Efendi: halaman 24-25menerangkan bahwa,” Lebih dari 97% air dimuka bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. 3% persen air yang tersisa, 2% persen di antaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai badi konsumsi manusia hanya 0,0003% air seluruh air yang ada.

Dan dizaman yang semakin modern seperti saat ini, air semakin diburu untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya sebagai bahan baku industry minuman dalam kemasan dan pemenuhan kebutuhan air di kota besar terutama gedung-gedung besar yang mengambil air secara besar-besaran. Tidak hanya gedung-gedung, perumahan penduduk juga mengambil banyak air dari tanah.Tentu saja hal tersebut menimbulkan dampak negative bagi kualitas lingkungan, terutama penurunan kualitas air dan penurunan permukaan air tanah. Penurunan kualitas air tersebut diakibatkan oleh ketidakmampuan air dan alam untuk untuk memulihkan diri dari kerusakan (pencemar).

Pencemaran  biasanya disebabkan oleh masuknya polutan ke badan air. Polutan dapat berupa bahan terlarut maupun gas. Masuknya polutan tersebut bisa secara alami ataupun tidak alami. Dan penuruna permukaan tanah disebabkan karena pengambilan air secara besar-besaran. Menurut Hefni Efendi: halaman 196menerangkan bahwa,” Berdasarkan cara masuknya kelingkungan, polutan dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan alamiah dan polutan antropogenik. Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan (misalnya badan air) secara alami misalnya akibat letusan gunung berapi. Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk badan air akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan domestic (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan), maupun kegiatan industry.” Menurut J. Kodoatie & Roestam Sjarief: halaman 33menerangkan bahwa,” Pengambilan air tanah secara berlebihan mengakibatkan menurunnya permukaan air tanah (land subsidence). Penurunan permukaan air tanah akan mengakibatkan pengurangan gaya angkat tanah sehingga terjadi peningkatan tegangan efektif tanah. Akibat meningkatnya tegangan efektif ini akan menyebabkan penyusutan butiran tanah sehingga terjadi penurunan tanah (Terzhagi, 1969). Jadi penurunan terjadi karena pengambilan air tanah sekaligus peningkatan tegangan efektif secara simultan.”
Di perumahan sendiri, limbah air berasal dari sisa pencucian, mandi, maupun kotoran manusia. Apabila pengelolaan air limbah tersebut tidak dilakukan dengan baik dan maksimal, akan menyebabkan dampak negative bagi lingkungan dan kesehatan. Diantara dampak negative pengelolaan limbah air rumah tangga bagi linggungan adalah timbulnya masalah seperti bau dan pemandangan yang kurang indah. Sedangkan bagi kesehatan, diantaranya timbulnya penyakit seperti tipus, disentri, kolera, dll.

Untuk mengurangi masalah pencemaran air dilingkungan dan penurunan permukaan tanah  khususnya perumahan maka perlu adanya sistm pengelolaan air di perumahan. Agar tidak mencemari dan membahayakan kesehatan lingkungan.  Menurut Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief: halaman 349 menerangkan bahwa,” UU No. 7 tahun 2004 menyebutkan bahwa: Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.” Pengelolaan air di daerah perumahan dapat dilakukan dengan membuat sanitasi yang baik, selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat  lubang biopori dan penyaringan air sebagai upaya pengelolaan air atau limbah air rumah tangga.

SANITASI di PERUMAHAN
          Sanitasi sangat diperlukan dalam pengelolaan air di perumahan karena fungsinya
sebagai pembuangan limbah. Pembuatan sanitasi bertujuan agar air di sekitar perumahan tidak menimbulkan gangguan kepada masyarakat di perumahan tersebut. Karena hamper semua limbah cair yang berasal dari rumah tangga dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan masyarakat terutama di pedesaan dan pedalaman yang melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air utama untuk keperluan masyarakat harus diolah terlebih dahulu dan memerlukan biaya yang besar.

          Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan oleh serangga yang berkembang biak di sekitar lingkungan dengan sanitasi buruk adalah demam berdarang dengue (DBD), malaria, kaki gajah, dan chikungunya. Selain itu lingkungan dengan sanitasi buruk menyebabkan penyakit yang menyerang sistem pencernaan diantaranya kolera, disentri , dan demam tifoid dan paratifoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.

          Menurut Dr. Budiman Chandra: halaman 165 menerangkan tentang ciri-ciri rumah sehat, yaitu,” Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun, memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik, dapat mencegah terjadi perkembangbiakan vector penyakit, seperti nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya, Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran  (mis., kawasan industry) dengan jarak minimal sekitar 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah hijau (green belt) dan bebas banjir.”

          Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa salah satu cirri rumah sehat adalah memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik. Dalam pengelolaan tinja, WHO lebih menganjurkan sistem Sanitary Latrines yang dibagi menjadi enam macam, yaitu Bore Hole Latrine, Dug Well Latrine, Water Seal Type of Latrine, Septic Tank, Aqua Privy, dan Chemical Closet. Sedangkan yang lebih dipilih oleh individu atau rumah tangga dan lembaga yang memiliki suplai air cukup tapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran kotoran masyarakat di Indonesia adalah septic tank. Metode Septic Tank Double Chamber (memiliki dua ruangan) lebih baik dibandingkan dengan septic tank biasa karena air kotor tidak langsung dialirkan ke selokan tetapi masuk ke rungan dua dan mengalami proses purifikasi secara alamiah. Model ini dapat bertahan sampai 10-15 tahun serta tidak mencemari sumur yang ada disekitarnya. Sedangkan sistem pembuangan limbah cair dianjurkan dengan menggunakan tempat lain yang dipisahkan dengan pembuangan tinja. Dan keduanya berjarak minimal 10 meter dari sumur atau sumber air rumah tersebut.

 LUBANG BIOPORI
          Dikawasan pemukiman dimana permukaan resapan alami sangat terbatas, perlu diperluas dengan menambah permukaan vertical kedalam tanah caranya, dengan membuat lubang biopori. Biopori adalah pori tanah yang besar yang akan mempercepat peresapan air kedalam tanah. Bila di dalam tanah tersedia cukup bahan organic, perakaran/pertumbuhan akar tanaman dapat dengan mudah berkembang dan menembus tanah. Fauna/organism di dalam tanah pun dapat berkembag biak dan beraktifitas menembus liang di dalam tanah.

          Lubang biopori biasa dibuat di daerah yang memiliki sedikit ruang terbuka hijau yang bertujuan mengelola air hujan agar dapat masuk ke dalam tanah dan tersimpan di dalamnya. Pembuatan lubang biopori, dapat dilakukan dengan cara membuat lubang vertikal ke dalam tanah. Lubang biopori dibuat dengan diameter relative kecil untuk efisiensi penggunaan permukaan lahan yang semakin sempit. Lubang diisi sampah organic, sehingga fauna/organisme yang tinggal ditanah akan terpikat masuk kedalam tanah untuk berlindung, memakan sampah organic, dan membentuk biopori. Limpasan permukaan akan masuk kedalam lubang dan meresap ke segala arah melalui biopori sekitar lubang.

`Menurut Kamir R. Brata & Anne Nelistya: halaman 17-18 menerangkan bahwa,” Laju peresapan air dalam LRB akan meningkat seiring waktu karena bertambahnya biopori yang terbentuk, sehingga proses pelapukan sampah organic di dalam lubang dalam suasana cukup oksigen (aerobic). Air lindi/air yang keluar dari sampah (leachate) yang terbentuk segera diserap tanah menjadi perekat agregat dan pori tanah.” Dengan pemanfaatan sampah organic ke dalam LRB dikawasan pemukiman, sampah rumah tangga tidak perlu dikumpulkan ke TPS, sampah dari dapur dapat langsung dimasukkan ke LRB. Sampat tersebut dapat keanekaragaman hayati dalam tanah dan disintetis menjadi humus dan kompos.

           Lubang biopori memiliki berbagai manfaat. Menurut  Kamir R. Brata & Anne Nelistya: halaman 25 menerangkan bahwa,” Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan LRB, terutama dalam menciptakan lingkungan hidup yang nyaman dan lestari. Yaitu, memperbaiki ekosistem tanah, mempercepat peresapan air hujan, mengatasi sampah organic, dapat mencegah timbulnya genangan air dan banjir, menjauhkan dari bencana erosi dan longsor, dapat meningkatkan kesuburan tanah, dan dapat meningkatkan cadangan air bersih.”

 PENYARINGAN AIR

            Sebenarnya air dan alam memiliki kemanpuan memulihkan diri. Coba perhatikan ! Tuangkan air putih ¾ penuh kedalam sebuah gelas bening besar. Teteskan pewarna merah padanya. Tunggu beberapa saat. Warna merah akan hilang, dinetralkan oleh air. Air mampu memulihkan diri. Teteskan kembalai pewarna merah beberapa tetes. Biarkan beberapa saat. Ulangilah hal yang sama. Anda akan mendapati warna merah tetap ada dan air tidak bias jernih kembali. Ya itulah, Air telah kehilangan kemampuannya memulihkan diri.
Ketika air telah kehilangan kemampuannya untuk memulihkan diri, manusia masih memiliki harapan untuk memperoleh air yang baik. Yaitu dengan penyaringan air terhadap air bekas atau air yang tidak dapat dipergunakan menjadi air yang layak dipergunakan. Air saat ini sudah mulai menjadi bahan langka, bahkan di daerah pedesaan yang tandus dan perkampungan di kota-kota besar, mendapatkan air bersih sama seperti mendapat durian runtuh.
Dengan alat-alat yang relatif sederhana, kita bisa melakukan penyaringan air secara sederhana, namun terbukti cukup ampuh untuk sekedar mendapatkan air untuk keperluan minum sehari-hari dan kebutuhan lainnya.
Keuntungan dari pernjernih air sederhana ini adalah, kita bisa menggunakan air sawah, air payau maupun air sungai yang keruh. Namun harus diingat, ini adalah cara darurat dalam mendapatkan air bersih. Untuk keperluan air minum, Anda harus memasak dahulu air yang sudah dijernihkan ini sampai mendidih. Selain itu, bahan untuk penjernihan air harus sering diganti, karena kotoran yang mengendap akan semakin tebal dan efektivitas penjernihan air akan semakin berkurang. Menurut Onny Untung: halaman 13 menerangkan bahwa,” Sebaiknya pembersihan media penyaring tidak dilakukan terlalu sering. Tujuannya agar bakteri pengurai yang tumbuh di media bisa bertambah banyak, sehingga proses penyaringan perjalan lebih bagus. Agar meia penyaring tidak cepat ditumbuhi lumut, tutup bagian atas bak penyaring.”
Pembuatan
1. Sediakan sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter sebagai bak penampungan.
2. Buat bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar bak. Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang tempurung kelapa, baru kerikil, dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm (lihat Gambar)
Penggunaan
1. Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan, yang sebelumnya pada pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring kotoran.
2. Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka ke bak penyaringan air.
3. Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka, selanjutnya beberapa menit kemudian air akan ke luar. Mula-mula air agak keruh, tetapi setelah beberapa waktu berselang air akan jernih. Agar air yang keluar tetap jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil.
Pemeliharaan
1. Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2. Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga kotoran dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3. Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih dan dijemur sampai kering.
4. Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang melekat, kemudian dijemur.
Setelah masyarakat tahu cara pengelolaan air yang benar dan mau melaksanakannya maka pencemaran air di perumahan penduduk pun dapat dikurangi. Sehingga apabila pengelolaan air di masyarakat baik maka air dapat member manfaat kepada masyarakat. Selain itu pemerintah khususnya Badan Lingkungan Hidup (BLH) memberikan penyuluhan tentang pentingnya penelolaan air untuk menciptakan lingkungan yang bersih, asri, sehat, dan layak dihuni.



Daftar Pustaka
Efendi, Hefni. 2003. TELAAH KUALITAS AIR. Yogyakarta: Kanisius.
Chandra, Dr. Budiman. 2005. PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Kodoatie, Robert J.  & Roestam Sjarief. 2010. TATA RUANG AIR. Yogyakarta: Andi.
Untung, Onny. 2008. MENJERNIHKAN AIR KOTOR. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI
R.Brata, Khamir & Anne Nelistya. 2008. LUBANG RESAPAN BIOPORI. Jakarta: Penebar Swadaya

No comments:

Post a Comment