Tuesday, May 31, 2011

Sajak Sebatang Lisong Oleh : W.S. Rendra





Sajak Sebatang Lisong
Oleh : W.S. Rendra
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat, dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka



Matahari terbit.   Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.

Aku bertanya,   tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan, tanpa pepohonan,   tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………

Menghisap udara yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.

Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya, tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.

Sajak Sebatang Lisong Oleh : W.S. Rendra





Sajak Sebatang Lisong
Oleh : W.S. Rendra
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat, dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka



Matahari terbit.   Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.

Aku bertanya,   tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan, tanpa pepohonan,   tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………

Menghisap udara yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.

Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya, tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.

CERPEN---> "Ramuan Ajaib"


Ramuan Ajaib

Cerpen Anak : Retno Wi
Terdengar gelak tawa kakek dan neneknya. Tapi Yogi tidak ikut tertawa. Ia tetap serius. Dari balik pintu ia merekam semua percakapan kakek dan nenek. Telinganya didekatkan daun pintu, agar suara kakek dan nenek yang mulai tua terdengar jelas. Yogi benar-benar tidak ingin ada sepatah kata pun yang terlewat. Sesekali kepalanya mengangguk-angguk. Tetapi kadang telinganya dipaksa untuk tegak keika suara kakek dan nenek tidak terdengar jelas.

Esok hari sepulang sekolah, teman-teman Yogi berkumpul dan bersiap ke rumah Mia.
“Gi! Ke mana? Nggak ikut ke rumah Mia?”
Yogi mengelus botaknya beberapa kali. Dengan santai ia melangkah dan bersiul-siul.
“Buat apa ke rumah Mia?” Tangannya berkacak pinggang memandang teman-temannya.
“Ya, belajar dong! Besok kan, ujian matematika. Banyakk rumus yang harus dihafal, lo!”
“Kalian saja yang belajar, aku tidak perlu melakukannya.”
“Kok bisa begitu?”
“Tentu bisa, karena aku telah mendapatkan resep mujarab dari kakekku.”
“Resep, apa sih?” Tanya Mia penasaran.
“Resep agar sukses ujian.”
“Alaa…ah, paling juga disuruh belajar.”
“Wah, kalian salah. Pokoknya ini rahasia!” jawab Yogi sambil mengerling genit.
“Dasar pelit! “ Mia mengomel sebal.
“Jangan-jangan kakeknya Yogi dukun.” Komentar Anton.
“Ha…ha…ha… dipanggil aja Mbah dukun.” Jaka tertawa terbahak-bahak.
“Jangan sembarangan, ya! Kita lihat saja besok.” Yogi pergi sambil menggerutu sepanjang jalan menuju rumah.
Malam telah tiba. Yogi segera mempersiapkan keperluannya. Catatan matematika, segelas air putih, sesendok gula dan sedikit garam. Dengan hati-hati tangannya membakar lembar demi lembar catatan matematikanya. Abu bakaran ditampung di piring palstik yang diambilnya dari dapur. Beberapa lembar catatannya terbakar. Dengan hati-hati tangan Yogi memasukkan abu ke dalam gelas sedikit demi sedikit.
“Yogi.. Sedang apa di kamar, Nak? Kok ada bau benda terbakar dari kamarmu.” Teriak Ibu dari ruang tengah.
Yogi terperanjat. Dia mendekat ke pintu, mengamati lubang kunci dengan seksama. Ia memastikan pintu kamarnya telah terkunci.
“Tidak apa-apa kok, Bu. Yogi hanya mempersiapkan untuk ujian besok.” Yogi pun melanjutkan pekerjaannya. Diaduknya larutan abu yang diberi gula dann garam dengan hati-hati. Ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang sedang dilakukannya di kamar.
“Huek..kk!” Yogi berlari ke jendela, memuntahkan isi mulutnya.
“Ternyata rasanya tidak enak. Bagaimana Kakek dulu meminumnya, ya?” di pandanginya air keruh yang mengisi setengah gelas. Yogi membayangkan dirinya akan menjadi bahan olok-olok teman-temannya jika tidak bisa mengerjakan ujian.
Dengan mata terpejam dia paksa meminumnya sekali lagi.
“Huek…kk!.. Huek..kkk!!”
“Yogi..” Tok..tok…tok.. Suara Ibu di depan pintu. “Ada apa,, Nak?”
Uhuk..kk! Uhuk…k! Yogi terbatuk-batuk.
“Yogi hanya kesedak, Bu.”
“Buka pintunya, Ibu buatkan susu hangat untukmu.” Yogi terkesiap. Segera ia sembunyikan gelas yang berisi ramuan ke dalam lemari buku. Dengan wajah dibuat setenang mungkin ia membukakan pintu untuk ibunya.
“Benar kamu tidak apa-apa?”
Yogi menggeleng. Ibu menaruh segelas susu di meja belajarnya. Yogi was-was, takut ibunya menemukan gelas yang disembunyikan.
“Kakek, di mana?”
“Ada di kamarnya. Kenapa?”
“Enggak, kok Yogi tidak mendengar suaranya.” Tak lama kemudian Ibu Yogi meninggalkan kamar. Yogi mengambil gelas yang disembunyikan di kolong tempat tidur. Diamatinya gelas itu lama-lama.
Kuteruskan, nggak ya? Tanya Yogi dalam hati. Yogi mengelus botaknya berkali-kali. Diambilnya sisa catatan yang belum dibakar. Begitu banyak rumus yang harus dihafalkan. Ah, daripada susah-susah menghafal, mending kuteruskan minum ramuannya.
Kali ini Yogi menyiapkan segelas air putih yang baru diambilnya dari ruang makan. Yogi mencoba meminum lagi ramuan ajaibnya.
“Huekk..k!! Huekk…k!!” Kembali Yogi mual. Dia segera berlari ke jendela dan memuntahkan ramuannya. Dengan cepat tangannya mengambil air putih dan meminumnya.
“Aku benar-benar tak dapat meminumnya.” Yogi mulai pasrah. Wajahnya agak pucat. Kepalanya pusing.
“Aha..! Bukankah kakek dulu juga merasa pusing dan mual? Artinya ramuan ini mulai bekerja.” Yogi sedikit gembira mengingat perkataan kakeknya. Ia pun memilih tidur dengan harapan besok pagi semua rumus yang diminumnya sudah melekat di kepalanya.
* * * *
Jam setengah tujuh pagi. Yogi masih tidur di kamarnya. Berkali-kali ibunya mengetuk pintu. Tapi tak ada jawaban. Dengan sedikit khawatir, tangan ibu Yogi mencoba menarik handel pintu.
Klek. Pintu terbuka. Rupanya Yogi lupa mengunci pintunya setelah mengambil air putih tadi malam. Ibu Yogi memegang keningnya. Panas. Rupanya Yogi demam.
Yogi membuka matanya dengan berat.
“Kamu sakit, Nak?”
“Kepalaku pusing, Bu. Aku juga kedinginan.”
“Kalau begitu, jangan masuk sekolah dulu. Istirahat di rumah saja.”
“Tapi hari ini Yogi ujian, Bu.”
“Nanti Ibu telepon ke sekolah, agar boleh mengikuti ujian susulan.”
Yogi hanya bisa pasrah.
“Ibu telepon ke gurumu, ya.” Yogi mengangguk. Sebelum ibunya keluar Yogi memanggil.
“Bu, tolong panggilkan Kakek, ya.” Ibu Yogi mengangguk dan pergi meninggalkan kamarnya. Tak lama kemudian Kakek telah muncul di depan pintu kamar Yogi.
“Aduh Yogi, mau ujian kok sakit.” Kakek mendekat dan duduk di tepi dipan. Kakek Yogi melihat isi kamar. Matanya langsung tertuju pada gelas yang berisi cairan gelap.
“Yogi minum, kopi?”
Kepala Yogi menggeleng.
Kakek melangkah mendekat meja dan mengangkat gelas. Diciumnya isi gelas denngan hati-hati.
“Kamu membuat rauan ini?”
Yogi mengangguk pelan.
“Siapa yang mengajari?” Tanya Kakek bingung.
Dengan wajah murung Yogi menjawab.
“Dua hari yang lalu aku mendengar Kakek sedang bercerita tentangramuan ajaib kepada nenek. Makanya aku mencobanya.”
“Ha..haa..Haa. Ooh.. itu rupanya penyebabnya. Makanya sekarang Yogi sakit.”
“Tapi Kakek dulu juga sakit kan setelah minum ramuan itu?”
“Ya. Kakek langsung sakit.”
“Dan Kakek jadi pintar matematika, kan?”
“Waduh! Pasti kau tidak mendengarkan dengan lengkap cerita kakek waktu itu. Setelah minum ramuan itu, kakek masih ikut ujian. Dan hasilnya, kakek dapat nilai tiga!.”
“Ha??! Tiga?” Yogi tidak percaya mendengarnya. “Lo, bukankah kakek pandai matematika?”
“Ya, karena setelah itu Kakek rajin belajar agar semua rumus matematika dapat melekat di kepala. Bukan dengan meminum rumus-rumus itu.”
Yogi semakin lunglai. Karena ia berharap dapat pandai matematika tanpa harus susah-susah belajar.
“Yogi ingin menghafal rumus-rumus matematika?”
“Tentu saja.”
“Kalau begitu,, salin semua rumus di bukumu. Lalu tempelkan rumus-rumus itu di dinding kamar, di kamar mandi, dan bawalah kemanapun kau pergi. Dan bacalah jika senggang. Kakek yakin kau akan dengan mudah menghafalnya.”
“Baiklah. Aku akan mencobanya.”
“Ingat, Yogi. Tidak ada jalan pintas untuk pintar. Semua harus dimulai dengan usaha dan kerja keras. Sekarang istirahat dulu.”
Yogi pun mengerti, kalau ingin pintar ia harus belajar, bukan dengan minum ramuan ajaib.

CERPEN---> "Ramuan Ajaib"


Ramuan Ajaib

Cerpen Anak : Retno Wi
Terdengar gelak tawa kakek dan neneknya. Tapi Yogi tidak ikut tertawa. Ia tetap serius. Dari balik pintu ia merekam semua percakapan kakek dan nenek. Telinganya didekatkan daun pintu, agar suara kakek dan nenek yang mulai tua terdengar jelas. Yogi benar-benar tidak ingin ada sepatah kata pun yang terlewat. Sesekali kepalanya mengangguk-angguk. Tetapi kadang telinganya dipaksa untuk tegak keika suara kakek dan nenek tidak terdengar jelas.

Esok hari sepulang sekolah, teman-teman Yogi berkumpul dan bersiap ke rumah Mia.
“Gi! Ke mana? Nggak ikut ke rumah Mia?”
Yogi mengelus botaknya beberapa kali. Dengan santai ia melangkah dan bersiul-siul.
“Buat apa ke rumah Mia?” Tangannya berkacak pinggang memandang teman-temannya.
“Ya, belajar dong! Besok kan, ujian matematika. Banyakk rumus yang harus dihafal, lo!”
“Kalian saja yang belajar, aku tidak perlu melakukannya.”
“Kok bisa begitu?”
“Tentu bisa, karena aku telah mendapatkan resep mujarab dari kakekku.”
“Resep, apa sih?” Tanya Mia penasaran.
“Resep agar sukses ujian.”
“Alaa…ah, paling juga disuruh belajar.”
“Wah, kalian salah. Pokoknya ini rahasia!” jawab Yogi sambil mengerling genit.
“Dasar pelit! “ Mia mengomel sebal.
“Jangan-jangan kakeknya Yogi dukun.” Komentar Anton.
“Ha…ha…ha… dipanggil aja Mbah dukun.” Jaka tertawa terbahak-bahak.
“Jangan sembarangan, ya! Kita lihat saja besok.” Yogi pergi sambil menggerutu sepanjang jalan menuju rumah.
Malam telah tiba. Yogi segera mempersiapkan keperluannya. Catatan matematika, segelas air putih, sesendok gula dan sedikit garam. Dengan hati-hati tangannya membakar lembar demi lembar catatan matematikanya. Abu bakaran ditampung di piring palstik yang diambilnya dari dapur. Beberapa lembar catatannya terbakar. Dengan hati-hati tangan Yogi memasukkan abu ke dalam gelas sedikit demi sedikit.
“Yogi.. Sedang apa di kamar, Nak? Kok ada bau benda terbakar dari kamarmu.” Teriak Ibu dari ruang tengah.
Yogi terperanjat. Dia mendekat ke pintu, mengamati lubang kunci dengan seksama. Ia memastikan pintu kamarnya telah terkunci.
“Tidak apa-apa kok, Bu. Yogi hanya mempersiapkan untuk ujian besok.” Yogi pun melanjutkan pekerjaannya. Diaduknya larutan abu yang diberi gula dann garam dengan hati-hati. Ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang sedang dilakukannya di kamar.
“Huek..kk!” Yogi berlari ke jendela, memuntahkan isi mulutnya.
“Ternyata rasanya tidak enak. Bagaimana Kakek dulu meminumnya, ya?” di pandanginya air keruh yang mengisi setengah gelas. Yogi membayangkan dirinya akan menjadi bahan olok-olok teman-temannya jika tidak bisa mengerjakan ujian.
Dengan mata terpejam dia paksa meminumnya sekali lagi.
“Huek…kk!.. Huek..kkk!!”
“Yogi..” Tok..tok…tok.. Suara Ibu di depan pintu. “Ada apa,, Nak?”
Uhuk..kk! Uhuk…k! Yogi terbatuk-batuk.
“Yogi hanya kesedak, Bu.”
“Buka pintunya, Ibu buatkan susu hangat untukmu.” Yogi terkesiap. Segera ia sembunyikan gelas yang berisi ramuan ke dalam lemari buku. Dengan wajah dibuat setenang mungkin ia membukakan pintu untuk ibunya.
“Benar kamu tidak apa-apa?”
Yogi menggeleng. Ibu menaruh segelas susu di meja belajarnya. Yogi was-was, takut ibunya menemukan gelas yang disembunyikan.
“Kakek, di mana?”
“Ada di kamarnya. Kenapa?”
“Enggak, kok Yogi tidak mendengar suaranya.” Tak lama kemudian Ibu Yogi meninggalkan kamar. Yogi mengambil gelas yang disembunyikan di kolong tempat tidur. Diamatinya gelas itu lama-lama.
Kuteruskan, nggak ya? Tanya Yogi dalam hati. Yogi mengelus botaknya berkali-kali. Diambilnya sisa catatan yang belum dibakar. Begitu banyak rumus yang harus dihafalkan. Ah, daripada susah-susah menghafal, mending kuteruskan minum ramuannya.
Kali ini Yogi menyiapkan segelas air putih yang baru diambilnya dari ruang makan. Yogi mencoba meminum lagi ramuan ajaibnya.
“Huekk..k!! Huekk…k!!” Kembali Yogi mual. Dia segera berlari ke jendela dan memuntahkan ramuannya. Dengan cepat tangannya mengambil air putih dan meminumnya.
“Aku benar-benar tak dapat meminumnya.” Yogi mulai pasrah. Wajahnya agak pucat. Kepalanya pusing.
“Aha..! Bukankah kakek dulu juga merasa pusing dan mual? Artinya ramuan ini mulai bekerja.” Yogi sedikit gembira mengingat perkataan kakeknya. Ia pun memilih tidur dengan harapan besok pagi semua rumus yang diminumnya sudah melekat di kepalanya.
* * * *
Jam setengah tujuh pagi. Yogi masih tidur di kamarnya. Berkali-kali ibunya mengetuk pintu. Tapi tak ada jawaban. Dengan sedikit khawatir, tangan ibu Yogi mencoba menarik handel pintu.
Klek. Pintu terbuka. Rupanya Yogi lupa mengunci pintunya setelah mengambil air putih tadi malam. Ibu Yogi memegang keningnya. Panas. Rupanya Yogi demam.
Yogi membuka matanya dengan berat.
“Kamu sakit, Nak?”
“Kepalaku pusing, Bu. Aku juga kedinginan.”
“Kalau begitu, jangan masuk sekolah dulu. Istirahat di rumah saja.”
“Tapi hari ini Yogi ujian, Bu.”
“Nanti Ibu telepon ke sekolah, agar boleh mengikuti ujian susulan.”
Yogi hanya bisa pasrah.
“Ibu telepon ke gurumu, ya.” Yogi mengangguk. Sebelum ibunya keluar Yogi memanggil.
“Bu, tolong panggilkan Kakek, ya.” Ibu Yogi mengangguk dan pergi meninggalkan kamarnya. Tak lama kemudian Kakek telah muncul di depan pintu kamar Yogi.
“Aduh Yogi, mau ujian kok sakit.” Kakek mendekat dan duduk di tepi dipan. Kakek Yogi melihat isi kamar. Matanya langsung tertuju pada gelas yang berisi cairan gelap.
“Yogi minum, kopi?”
Kepala Yogi menggeleng.
Kakek melangkah mendekat meja dan mengangkat gelas. Diciumnya isi gelas denngan hati-hati.
“Kamu membuat rauan ini?”
Yogi mengangguk pelan.
“Siapa yang mengajari?” Tanya Kakek bingung.
Dengan wajah murung Yogi menjawab.
“Dua hari yang lalu aku mendengar Kakek sedang bercerita tentangramuan ajaib kepada nenek. Makanya aku mencobanya.”
“Ha..haa..Haa. Ooh.. itu rupanya penyebabnya. Makanya sekarang Yogi sakit.”
“Tapi Kakek dulu juga sakit kan setelah minum ramuan itu?”
“Ya. Kakek langsung sakit.”
“Dan Kakek jadi pintar matematika, kan?”
“Waduh! Pasti kau tidak mendengarkan dengan lengkap cerita kakek waktu itu. Setelah minum ramuan itu, kakek masih ikut ujian. Dan hasilnya, kakek dapat nilai tiga!.”
“Ha??! Tiga?” Yogi tidak percaya mendengarnya. “Lo, bukankah kakek pandai matematika?”
“Ya, karena setelah itu Kakek rajin belajar agar semua rumus matematika dapat melekat di kepala. Bukan dengan meminum rumus-rumus itu.”
Yogi semakin lunglai. Karena ia berharap dapat pandai matematika tanpa harus susah-susah belajar.
“Yogi ingin menghafal rumus-rumus matematika?”
“Tentu saja.”
“Kalau begitu,, salin semua rumus di bukumu. Lalu tempelkan rumus-rumus itu di dinding kamar, di kamar mandi, dan bawalah kemanapun kau pergi. Dan bacalah jika senggang. Kakek yakin kau akan dengan mudah menghafalnya.”
“Baiklah. Aku akan mencobanya.”
“Ingat, Yogi. Tidak ada jalan pintas untuk pintar. Semua harus dimulai dengan usaha dan kerja keras. Sekarang istirahat dulu.”
Yogi pun mengerti, kalau ingin pintar ia harus belajar, bukan dengan minum ramuan ajaib.

TUGAS WAWANCARA

Blogerwan/wati kali ini saya mau posting tentang wawancara kami dengan seorang narasumber yang benar berkompeten di bidangnya. yaiyalah gimana kgk berkompeten orang Beliau guru Bahasa Jerman di sekolah 
kami ( SMAN 12 JKT ). Beliau adalah FARU "HENNY"





1.      Apakah benar Frau Henny pernah mendapatkan beasiswa ke Jerman?
·         Iya saya pernah mendapatkan beasiswa 4 bulan di Jerman untuk belajar.

2.      Kegiatan apa saja yang Frau Henny lakukan?
·         Kegiatan yang saya lakukan pertama – tama pastinya belajar mengenai Jerman setelah itu mengikuti seminar internasional mengenai studi internasional antara Berlin Timur dan Barat. Dan berkunjung ke tempat wisata di Jerman.

3.      Apa pendapat Frau Henny mengenai Jerman?
·         Jerman itu kota yang teratur, tertib, banyak bangunan yang berarsitektur antik, dan orang Jerman biasanya mempunyai pemikiran – pemikiran yang dapat menghasilkan suatu karya.

4.      Selama Frau Henny di Jerman adakah kebudayaan yang menarik?
·         Kebudayaan yang menarikdi Jerman yaitu acara Oktober Fest, sebuah festival atau pesta dunia yang diadakan selama bulan Oktober. Acaranya berupa pesta bird an penampilan atraksi – atraksi. Festival tersebut di adakan di daerah Messe Gelände, München.

5.      Menurut Frau Henny, tempat pariwisata dimanakah yang harus dikunjungi saat berada di Jerman?
·         Tempat pariwisata yang menarik di Jerman yaitu berupa kastil – kastil yang berarsitektur modern antik,   contohnya : Istana Sanssouci, Istana Mecklenburg, Istana Nymphenburg. Untuk transportasinya biasanya orang Jerman menggunakan U- Bahn subway.

6.      Kalo menurut Frau Henny apakah perbedaan kebudayaan Jerman dan Indonesia?
·         Masing – masing mempunyai cirri khas, Indonesia itu Negara yang unik dan cantik, yang mencolok dari Indonesia itu kekayaan alam dan naturalis negaranya. Namun Indonesia itu kurang teratur dan kepedulian penduduknya masih kurang optimal, kendalanya adalah faktor transportasi dan edukasi. Sedangkan Jerman adalah negara yang cantik, megah dengan kurang lebih 600 istana yang antik, dan Jerman adalah Negara yang teratur dan tertata dengan rapi. Yang mencolok dari Jerman yaitu pemikiran dan hasil cipta karya penduduknya yang sangat kreatif dan inovatif.


W.O.W KAN. oks lah kalo gitu see ya 

TUGAS WAWANCARA

Blogerwan/wati kali ini saya mau posting tentang wawancara kami dengan seorang narasumber yang benar berkompeten di bidangnya. yaiyalah gimana kgk berkompeten orang Beliau guru Bahasa Jerman di sekolah 
kami ( SMAN 12 JKT ). Beliau adalah FARU "HENNY"





1.      Apakah benar Frau Henny pernah mendapatkan beasiswa ke Jerman?
·         Iya saya pernah mendapatkan beasiswa 4 bulan di Jerman untuk belajar.

2.      Kegiatan apa saja yang Frau Henny lakukan?
·         Kegiatan yang saya lakukan pertama – tama pastinya belajar mengenai Jerman setelah itu mengikuti seminar internasional mengenai studi internasional antara Berlin Timur dan Barat. Dan berkunjung ke tempat wisata di Jerman.

3.      Apa pendapat Frau Henny mengenai Jerman?
·         Jerman itu kota yang teratur, tertib, banyak bangunan yang berarsitektur antik, dan orang Jerman biasanya mempunyai pemikiran – pemikiran yang dapat menghasilkan suatu karya.

4.      Selama Frau Henny di Jerman adakah kebudayaan yang menarik?
·         Kebudayaan yang menarikdi Jerman yaitu acara Oktober Fest, sebuah festival atau pesta dunia yang diadakan selama bulan Oktober. Acaranya berupa pesta bird an penampilan atraksi – atraksi. Festival tersebut di adakan di daerah Messe Gelände, München.

5.      Menurut Frau Henny, tempat pariwisata dimanakah yang harus dikunjungi saat berada di Jerman?
·         Tempat pariwisata yang menarik di Jerman yaitu berupa kastil – kastil yang berarsitektur modern antik,   contohnya : Istana Sanssouci, Istana Mecklenburg, Istana Nymphenburg. Untuk transportasinya biasanya orang Jerman menggunakan U- Bahn subway.

6.      Kalo menurut Frau Henny apakah perbedaan kebudayaan Jerman dan Indonesia?
·         Masing – masing mempunyai cirri khas, Indonesia itu Negara yang unik dan cantik, yang mencolok dari Indonesia itu kekayaan alam dan naturalis negaranya. Namun Indonesia itu kurang teratur dan kepedulian penduduknya masih kurang optimal, kendalanya adalah faktor transportasi dan edukasi. Sedangkan Jerman adalah negara yang cantik, megah dengan kurang lebih 600 istana yang antik, dan Jerman adalah Negara yang teratur dan tertata dengan rapi. Yang mencolok dari Jerman yaitu pemikiran dan hasil cipta karya penduduknya yang sangat kreatif dan inovatif.


W.O.W KAN. oks lah kalo gitu see ya 

7 FAKTA TENTANG PABLO PICASSO


      blogerwan/wati tau pelukis international yang terkenal kgk yang namanya PABLO PICASSO?. kalo kgk tau bii biar saya beri tahu fakta-fakta tentang beliau

1. Nama lengkap Pablo Picasso adalah sangat panjang sekali.
       Pablo Diego Jose Francisco de Paula Juan Nepomuseno Maria de los remedies Ciprano de la Santasima Trinidad Martyr Patricio Clito Ruiz y Picasso! Sangat panjang sekali! Nama Pablo Picasso adalah salah satu nama terpanjang yang pernah direkam untuk seniman atau setiap orang dalam hal ini. Namanya adalah kombinasi dari penghormatan terhadap orang kudus Spanyol dan Kristen serta warisan keluarga. Ada beberapa nama orang kudus penting dan keluarga tercinta, nama ibu dan ayahnya, sisanya merupakan kombinasi dari gagasan dan karakteristik pribadi, dimana masyarakat Spanyol percaya merupakan hal terbaik untuk dimasukkan dalam nama lahir. Tidak pelak, mawar dengan nama lain masih tetap merupakan mawar, dan Pablo Picasso dengan namanya  yang mengatakan, dalam termegah dari mode.

2. Pablo Picasso ketika bayi hampir meninggal.
        Ketika Pablo Picasso lahir, bidan menduga bahwa ia lahir dalam keadaan meninggal dan meninggalkan bayi jenius tersebut di atas meja dokter anak dan tidak memikirkan lagi! Bidan itu kemudian pergi ke ibu Pablo untuk memberitakan berita sedih, dan mukjizat terjadi ketika itu. Paman Pablo juga merupakan dokter yang membantu persalinan bayi tersebut! Dr. Don Salvador diberikan pujian karena menyelamatkan kehidupan Pablo baru lahir.

3. Kata pertama Picasso kecil adalah “Pensil”.
      Tahun-tahun perkembangan anak usia dini Picasso dipenuhi dengan pendidikan dan keajaiban! Kata pertama yang diucapkannya adalah ‘Piz’ atau ‘pensil’, dalam bahasa Spanyol. Jika hal ini bukan petunjuk untuk pekerjaan masa depan dan jalan karir Picasso muda, maka ini seperti memiliki label pada punggungnya yang mengatakan “calon seniman” akan lebih jelas!

4. Lukisan cat minyak Picasso pertama.
        ‘Le Picador’, diciptakan oleh Pablo Picasso pada tahun 1890, pada usia sembilan tahun. Karya Picasso pertama  ini menggambarkan seorang pria mengendarai kuda dalam olahraga-berdarah melawan banteng. Acara tontonan ini masih populer di sebagian besar wilayah Spanyol.

5. “Komuni Pertama” Lukisan Akademik Pertama Pablo Picasso.
        Meskipun percobaan pertama Pablo terjun ke dalam dunia artistik adalah “Le Picador” pada tahun 1890 di sembilan tahun, lukisan akademis pertamanya tidak dilukis sampai enam tahun kemudian. Karyanya adalah “Komuni Pertama”, merupakan potret ayah-ibunya dan adik bungsunya, semua sedang berlutut di depan altar dalam lingkungan gereja. Pablo Picasso hanya berumur 15 tahun ketika menciptakan karya ini, dan karya ini dianggap salah satu maha-karyanya.

6. Pablo Picasso dan karir akademiknya.

      Ada sedikit argumen bahwa Pablo Picasso merupakan orang yang cerdas, tetapi catatan karir akademisnya tidak mencerminkan fakta ini. Pablo memiliki sedikit kesulitan melewati ujian masuk untuk dapat masuk ke setiap lembaga pendidikan tinggi seni yang diinginkannya, dari Madrid ke Paris,. Itu adalah tanda yang telah terbukti secara empiris tentang seniman tersiksa, berulangkali Pablo keluar dan meninggalkan sekolah setelah satu atau dua semester. Ini tidak membuat perbedaan apapun setelah ia menjadi sukses dengan “Komuni Pertama”, tetapi ini merupakan tanda yang jelas bahwa individu cerdas kadang-kadang mengalami kesulitan dalam ruang kelas terstruktur formal.

7. Karya pertama Pablo Picasso di Paris.
      Karya pertama Pablo Picasso yang dibayar ketika itu dengan tuan tanah merangkap dealer seni, Pere Menach. Jumlah yang disepakati adalah 150 franc per bulan, yang pada hari ini setara dengan sekitar $ 750 USD. Bukan jumlah uang yang kecil pada masa itu dan merupakan satu hal yang memungkinkan Pablo muda untuk latihan kreativitas serta mengembangkan karakteristik pribadinya, yang akan membawanya melalui sisa hidupnya yang panjang.

contoh karya seni lukis dari "PABLO PICASSO"


7 FAKTA TENTANG PABLO PICASSO


      blogerwan/wati tau pelukis international yang terkenal kgk yang namanya PABLO PICASSO?. kalo kgk tau bii biar saya beri tahu fakta-fakta tentang beliau

1. Nama lengkap Pablo Picasso adalah sangat panjang sekali.
       Pablo Diego Jose Francisco de Paula Juan Nepomuseno Maria de los remedies Ciprano de la Santasima Trinidad Martyr Patricio Clito Ruiz y Picasso! Sangat panjang sekali! Nama Pablo Picasso adalah salah satu nama terpanjang yang pernah direkam untuk seniman atau setiap orang dalam hal ini. Namanya adalah kombinasi dari penghormatan terhadap orang kudus Spanyol dan Kristen serta warisan keluarga. Ada beberapa nama orang kudus penting dan keluarga tercinta, nama ibu dan ayahnya, sisanya merupakan kombinasi dari gagasan dan karakteristik pribadi, dimana masyarakat Spanyol percaya merupakan hal terbaik untuk dimasukkan dalam nama lahir. Tidak pelak, mawar dengan nama lain masih tetap merupakan mawar, dan Pablo Picasso dengan namanya  yang mengatakan, dalam termegah dari mode.

2. Pablo Picasso ketika bayi hampir meninggal.
        Ketika Pablo Picasso lahir, bidan menduga bahwa ia lahir dalam keadaan meninggal dan meninggalkan bayi jenius tersebut di atas meja dokter anak dan tidak memikirkan lagi! Bidan itu kemudian pergi ke ibu Pablo untuk memberitakan berita sedih, dan mukjizat terjadi ketika itu. Paman Pablo juga merupakan dokter yang membantu persalinan bayi tersebut! Dr. Don Salvador diberikan pujian karena menyelamatkan kehidupan Pablo baru lahir.

3. Kata pertama Picasso kecil adalah “Pensil”.
      Tahun-tahun perkembangan anak usia dini Picasso dipenuhi dengan pendidikan dan keajaiban! Kata pertama yang diucapkannya adalah ‘Piz’ atau ‘pensil’, dalam bahasa Spanyol. Jika hal ini bukan petunjuk untuk pekerjaan masa depan dan jalan karir Picasso muda, maka ini seperti memiliki label pada punggungnya yang mengatakan “calon seniman” akan lebih jelas!

4. Lukisan cat minyak Picasso pertama.
        ‘Le Picador’, diciptakan oleh Pablo Picasso pada tahun 1890, pada usia sembilan tahun. Karya Picasso pertama  ini menggambarkan seorang pria mengendarai kuda dalam olahraga-berdarah melawan banteng. Acara tontonan ini masih populer di sebagian besar wilayah Spanyol.

5. “Komuni Pertama” Lukisan Akademik Pertama Pablo Picasso.
        Meskipun percobaan pertama Pablo terjun ke dalam dunia artistik adalah “Le Picador” pada tahun 1890 di sembilan tahun, lukisan akademis pertamanya tidak dilukis sampai enam tahun kemudian. Karyanya adalah “Komuni Pertama”, merupakan potret ayah-ibunya dan adik bungsunya, semua sedang berlutut di depan altar dalam lingkungan gereja. Pablo Picasso hanya berumur 15 tahun ketika menciptakan karya ini, dan karya ini dianggap salah satu maha-karyanya.

6. Pablo Picasso dan karir akademiknya.

      Ada sedikit argumen bahwa Pablo Picasso merupakan orang yang cerdas, tetapi catatan karir akademisnya tidak mencerminkan fakta ini. Pablo memiliki sedikit kesulitan melewati ujian masuk untuk dapat masuk ke setiap lembaga pendidikan tinggi seni yang diinginkannya, dari Madrid ke Paris,. Itu adalah tanda yang telah terbukti secara empiris tentang seniman tersiksa, berulangkali Pablo keluar dan meninggalkan sekolah setelah satu atau dua semester. Ini tidak membuat perbedaan apapun setelah ia menjadi sukses dengan “Komuni Pertama”, tetapi ini merupakan tanda yang jelas bahwa individu cerdas kadang-kadang mengalami kesulitan dalam ruang kelas terstruktur formal.

7. Karya pertama Pablo Picasso di Paris.
      Karya pertama Pablo Picasso yang dibayar ketika itu dengan tuan tanah merangkap dealer seni, Pere Menach. Jumlah yang disepakati adalah 150 franc per bulan, yang pada hari ini setara dengan sekitar $ 750 USD. Bukan jumlah uang yang kecil pada masa itu dan merupakan satu hal yang memungkinkan Pablo muda untuk latihan kreativitas serta mengembangkan karakteristik pribadinya, yang akan membawanya melalui sisa hidupnya yang panjang.

contoh karya seni lukis dari "PABLO PICASSO"