Sabtu, mungkin adalah hari yang paling diidam-idamkan oleh banyak siswa, karena dapat beristiraht dengan keluarga, akan tetapi tidak dengan aku, sabtu itu aku benar-benar ada di sekolah sampai petang, terlintas di pikiran untuk main bola atau kita lebih sering memanggilmya dengan nama “MABOL”, ini memang permainan yang sangat aku sukai, sore itu aku mencoba untuk bermain bola bersama teman-teman , tanpa pikir panjang lagi, kami mengumpulkan uang untuk beli bola, memang bola yang kita beli bukanlah bola yang dari merk nike, bukan pula dari merk adidas , melainkan hanya bola plastic. Tapi disinilah keindahan bermain di perlihatkan. Setelah uang terkumpul kami langsung membelikan bola dengan uang yang telah
terkumpul, di sebuah gerai dekat tempat aku bermainbola, akhirnya dengan semangat dan kerja keras bola pun kami dapatkan, tiba-tiba terlintas untuk mengajak kakak kelas untuk bermain bola dengan kami, yang kebetulan pada waktu itu belum pulang, tetapi sayangnya mereka ingin makan ”NU” atau nasi uduk khas rohis, memang sore-sore seperti ini makan-makanan seperti nu itu memang enak ditambah lagi harganya yang menggiurkan, ya sudah kami terpaksa menunggu mereka untuk main bola. Sementara mereka makan nu, aku dan kawan-kawan mencoba untuk pemanasan sambil meregangkan otot, agar tidak keram pada saat main nanti, dan akhirnya mereka telah selesai, mereka telah berjanji untuk main bola bersama kami, walaupun dengan perut yang masih kenyang, kami tetap memaksa mereka untuk main bola. Dan pertarungan pun dimulai, di dalam tim mereka terdapat beberapa anak yang memang jarang bermain bola, mereka berdua terlihat gugup, tap
terkumpul, di sebuah gerai dekat tempat aku bermainbola, akhirnya dengan semangat dan kerja keras bola pun kami dapatkan, tiba-tiba terlintas untuk mengajak kakak kelas untuk bermain bola dengan kami, yang kebetulan pada waktu itu belum pulang, tetapi sayangnya mereka ingin makan ”NU” atau nasi uduk khas rohis, memang sore-sore seperti ini makan-makanan seperti nu itu memang enak ditambah lagi harganya yang menggiurkan, ya sudah kami terpaksa menunggu mereka untuk main bola. Sementara mereka makan nu, aku dan kawan-kawan mencoba untuk pemanasan sambil meregangkan otot, agar tidak keram pada saat main nanti, dan akhirnya mereka telah selesai, mereka telah berjanji untuk main bola bersama kami, walaupun dengan perut yang masih kenyang, kami tetap memaksa mereka untuk main bola. Dan pertarungan pun dimulai, di dalam tim mereka terdapat beberapa anak yang memang jarang bermain bola, mereka berdua terlihat gugup, tap
i akhirnya bola pun bergulir, pertarungan memang sangat sengit, kedua tim belum ada yang dapat meng-golkan gawang lawannya masing-masing, namum beberapa menit kemudian, KEAJAIBAN terjadi, di tim kakak kelas, anak yang jarang bermain bola itu menjebol gawang kami, sempat termenung, aku pun sempat kaget, dia bermain layaknya messi nya Indonesia, lapangan pun bergema takbir “Allhuakbar”, memang aturan kami bermain bola seperti tersebut, itu bukan karena kami adalah anak ROHIS semata, melainkan untuk membuat kami semangat, tetapi perjuangan belum berhenti hanya disitu, bola kembali bergulir, situasi yang panas menyebabkan sulit untuk menjebol bola ke gawang lawan, ditambah kami semua barmain tanpa alas kaki, membuat kaki kami meleleh, tapi aku dan kawan-kawan tak ingin dipermalukan begitu saja, oleh mereka yang baru main sepak bola, tak lama kemudian aku dapat mencetak gold an dapat menyamakan kedudukan, lapangan kembali bergema takbir. Setelah 2 gol tersebut gol-gol lain banyak terjadi beriringan seiring dengan tergelincirnya matahari, namun dengan panas matahari tang memanaskan lapangan tempat kami bermain, membuat kaki kami semua menjadi kapalan, terutama kakak kelas ku, sewaktu sedang asyik menggiring bola, aku mencoba untuk mencetak jebol ke gawang lawan , tapi salah satu kakak kelas ku mencoba untuk mengambil bola itu, dengan suara yang agak sengau dia berkata “ aduh… plester siapa sih ini?? “, tiba-tiba dia mencoba untuk mengangkat kaki nya mencoba untuk membersihkan plester kulit itu dari kakinya, tapi dia tersentak dan berkata “ astaghfirullah apaan ini? ” kami yang ada di lapangan itu tersentak dan tertawa terbingal-bingal, melihat raut mukanya yang berubah, dia menahan keperihan yang ditimbulkan oleh kapalan tersebut, akupun tak kuasa untuk menahan tawa, ternyata yang dia pikir plester yang ada di kakinya eh malah-an kapalan yang ada di kakinya, memang sore itu kami semua menderita kapalan akibat panas nya lapangan, sehingga membuat kami kesusahan dalam berjalan, tak lama kemudian kami pun istirahat, tetapi setelah istirahat itu, kami malah membubarkan diri dari main bola itu, karena memang kami sudah tidak tahan dengan kaki kami yang perih akibat kapalan.
No comments:
Post a Comment