Ini Merupakan Cerpen pertamaku, yang aku buat karena ada tugas dari guru Bahasa Indonesia..
SIAPAKAH DIA ???
Oleh : Eki Adetya Nugraha
Rico masih menangis di pemakaman adiknya dibawah sebuah pohon besar. Kemarin dia baru saja ditinggalkan oleh adik kesayangannya Viola yang duduk di bangku kelas satu SMP yang meninggal karena leukimia. Tapi ia masih memiliki seorang kakak perempuan bernama Rita, yang sekarang sudah duduk di bangku kuliah. Sedangkan dia sendiri duduk di bangku kelas tiga SMP. Sudah lama dia dipemakaman. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang karena hari mulai petang dengan menuntun sepedanya.Baru lima langkah berjalan, tiba-tiba sebuah dahan pohon jatuh dan mengenai kepalanya. Rico pun terjatuh dan tidak sadarkan diri beberapa saat.
Tak lama kemudian ia terbangun. Melihat disekitarnya sudah agak gelap, ia langsung bangun dan menaiki sepedanya menuju rumahnya. Sesampainya di rumah ia langsung memasukkan sepedanya ke garasi di samping rumahya kemudian ia masuk rumah, tapi dia tidak menemukan seorangpun didalam rumah. Lalu ia berlari ke kamarnya di lantai dua. Sebelum masuk ke kamarnya, dia melihat kamar Viola dan masuk kesana. Kamar tersebut masih bersih dan tertata rapi dengan barang-barang milik adiknya itu. Ia masih teringat kejadian dirumah sakit seminggu lalu ketika ia dan mamanya menjaga adiknya. Saat itu Rico ingin pergi ke rumah temannya Angga. Ia minta diantar oleh ibunya, maklum saja jarak antara rumah sakit dan rumah Angga jauh, selain itu sopir yang biasa mengantarnya masih pergi menjemput ayahnya di bandara.
“ Ma, antarkan aku ke rumah Angga, karena aku sudah janji dengannya.” Kata Rico. “ Siapa yang mau jaga adikmu nanti?”. Sahut mamanya. “ Iya kak, aku juga gak mau ditinggal sendiri.” sahut adiknya.
Akhirnya terjadi pertengkaran antar Rico dan adikknya. Sampai akhirnya ia terpaksa pergi seendiri karena memang mamanya tidak mau mengantar. Rico dan adikknya memang selalu bertengkar, tidak ada yang mau mengalah. Walaupun ada pasti adiknya yang mengalah.
Kejadian itu masih teringat di benaknya. Tiba-tiba terdengar suara bel dari depan. Ia segera lari ke bawah untuk membukakan pintu. Setelah dibuka betapa terkejutnya Rico ketika ia melihat di balik pintu adalah kedua orang tuanya yang membawa seorang anak perempuan di kursi roda. Setelah diperhatikan ternyata anak itu mirip Viola, adiknya.
“ Siapa dia ma???” Kata Rico yang merkejut karena melihat anak yang dibawa kedua orang tuanya itu. “ Inikan Viola adikmu.” Sahut mamanya. “ Masa sama adik sendiri lupa?” Kata papanya. Adiknya hanya senyum-senyum diatas kursi roda itu.” Sudah adikmu masih harus istirahat” kata mamanya, sambil mendorong kursi roda dan berlalu dengan papanya. Rico masih terpaku di depan pintu karena kaget dengan kejadian itu.
Malamnya, setelah sholat magrib berjamaah, ia makan bersama dengan keluarganya, termasuk adiknya yang tadi dibawa orang tuanya itu. Sembari mamanya menyiapkan makanan, Rico terus menerus menanyakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh adiknya yang telah meninggal.” Kemarin kamu peringkat berapa?, siapa nama temanmu yang paling sering kamu ajak bermain ke sini?, Apa nama novel yang paling sering kamu baca?” kata Rico, sambil mendekatkan kepalanya ke wajah anak itu. “ Sudahlah Co, jangan tannya hal seperti itu, adikmu tentu bisa menjawab” kata mamanya yang tiba-tiba berada di sebelahnya, Rico juga kaget kenapa mamanya bisa tahu apa maksud ia menanyakan itu. “Sudah ayo makan” kata papanya. Setelah makan Rico masuk ke kemarnya sambil terus berfikir mengenai anak itu.
Tiba-tiba pintu kamarnaya dibuka oleh mamanya. “ Kenapa kamu hari ini? Kok sepertinya sikapmu kepada adikmu aneh” kata mamanya.” Ma, sebenarnya siapa anak itu, kok mirip Viola?” kata Rico.
“ Itukan adikmu, tadi mama menjemputnya dari rumah sakit, karena kata dokter sudah boleh dibawa pulang.” Jawab mamanya. “ Ma, buakannya Viola sudah meninggal kemarin, kan kita sekeluarga datang ke acara pemakamannya.”kata Rico menjelaskan kepada mamanya. Kening mamanya mengkerut dan langsung berkata, “ Apa-apaan kamu ini, kemarin mama dan papa kan di rumah sakit.” Tiba-tiba adiknya datang dengan kursi roda. “ Ma, Viola ngantuk, temani aku tidur ya?”. katanya.
Mamanya langsung pergi sambil mendorong kursi roda adiknya. Rico pun langsung merebahkan diri ke tempat tidur sambil terur-menerus memikirkan anak itu.
Keesokan harinya setelah sarapan ia langsung mengajak mamanya untuk pergi ke pemakaman adiknya, untuk membuktikan perkataannya semalam, tapi dia meminta agar Viola yang berada dirumahnya tidak diajak. Mamanya menyetujuinya mereka berdua langsung pergi ke pemakaman dengan mobil. Di depan pemakaman ia membeli bunga. Lalu masuk ke pemakaman. Ia mencari pohon besar yang menjadi patokan tempat pemakaman adiknya. Setelah berputar-putar cukup lama, akhirnya dia menemukannya. Tapi alangkah terkejutnya Rico melihat nisan adiknya tidak bernama.
“Nisan ini tidak bernama Rico.”Kata mamanya. “Ta.. Ta.. Tapi, kemari nisan ini bernama dan terukir dinisan ini nama Viola, ma.”Jawabnya. “Sudahlah, mungkin kamu sedang banyak pikiran, ayo kita pulang.”kata mamanya. Rico dan mamanya pun pulang.
Sesampainya di rumah ternyata adiknya sudah menunggu di teras rumah. Mamanya pun menghampirinya,”Sedang apa kamu disini ?” tanya mamanya. “ Ma, aku minta dibelikan kucing anggora”, kata Viola. “Bukannya kamu tidak suka kucing, katamu kamu takut digigit kucing, kamu juga alergi dengan kucing kan?” Kata Rico. “Sudahlah, ayo mama antar, nanti kamu yang milih ya.” Kata mamanya. Merekapun pergi ke toko hewan.
Rico masuk ke rumah sambil mencari cara untuk membuktikan bahwa anak itu bukan Viola adiknya. Ia duduk di depan meja belajarnya.” Kenapa nisan Viola tidak bernama?, padahal kemarin masih bernama. Kenapa semua ini ter jadi? Apa yang sebenarnya terjadi?” Kata Rico dalam hati. Dia melihat kalender di samping meja belajarnya. Dia baru sadar bahwa besok adalah hari ulang tahun Viola. Kemudian terdengar suara adiknya dari ruang tamu, ia keluar dari kamarnya dan melihat adiknya membawa seekor kucing anggora dengan bulu lebat berwarna putih dan memperlihatkan kepada papanya yang juga keluar dari ruag kerjanya, mungkin karena ia juga mendengar suara adiknya itu.
Rico langsung berlari kebawah dan berkata,”Berarti besok kamu tidak usah minta hadiah dari mama”. “Memang besok ada apa?” Jawab Viola.”Jadi kamu lupa ya?? Besok kan hari ulang tahunmu”. “ Ya.. gak papa kok, aku kan udah dapet.” Jawab adiknya itu. Rico keheranan biasanya adiknya itu kalo ulang tahun minta dibelikan hadiah yang banyak, selain itu dia selalu minta dirayakan ulang tahunnya, dengan mengundang semua teman satu kelasnya. “Bagaimana kalo besok kita pergi jalan-jalan?” Kata papanya. “Hhmm... baiklah mama setuju, lagian besok kan Hari Minggu, kita keliling kota saja.” Sahut mamanya.
Keesokan harinya mamanya telah menyiapkan bekal makan siang dan segala keperluannya. Mereka pergi setelah sarapan. Mereka pergi keliling kota. Sampai akhirnya datang waktu makan siang, mereka berhenti di sebuah taman di atas sebuah bukit di kota itu. Sesampainya disana mama dan papanya menyiapkan keperluan untuk makan siang. Tiba-tiba Nia teman sekolah Viola menghampiri mereka.
”Selamat siang tante, om, dan kak Rico.” Katanya. “Selamat siang” jawab mama dan papa bersamaan. Nia langsung mengajak Viola ngobrol, sedang Rico duduk di sebelah kursi roda adiknya. “Hai Viola, Apa kabar?, Kapan kamu pulang dari rumah sakit?” kata Nia. Dengan sedikit bingung Viola menjawab,”Hai juga, kabarku baik-baik saja, dua hari lalu aku pulang.” Jawab Viola.
“ Ow.., oya selamat ulang tahun ya, hari ini kan kamu ulang tahun, apa kamu tidak mengundang aku dan teman-teman kepestamu?” kata Nia. “Makasih ya, nggak tahun ini aku nggak minta untuk dirayakan.” Jawab Viola. “O.., oya Ega kemarin bilang ke aku, katanya ia kangen sama kamu.” Kata Nia. “Ha..Ha..Ha.., kok bisa dia kangen sama aku?” kata Viola. “Mana ku tau, oya dia juga pingin ketemuan sama kamu.” kata Nia.”Aku juga kangen sama dia, dia kan cowok terganteng di sekolah.” Jawab Viola. Nia dan Rico sama-sama kaget, lalu Nia menjawab,” Kamu ini, tumben-tumbennya buat lelucon, Ega itu kan cewek, kok bisa ganteng sih, aku dan Ega kan sering kamu ajak ke rumahmu ketika pulang sekolah.” Kata Nia. “He He, iya aku lupa.” Kata Viola. “ Viola.. Viola.., ya sudah aku pulang dulu, jangan lupa besok kamu harus pergi ke alun-alun karena ada perlombaan untuk agustusan, mungkin kamu juga bisa ketemu Ega.” Kata Nia. Lalu ia pergi.
Sebenarya Rico tahu kalau adikknya ini tidak tahu kalau Ega perempuan, dia bilang bahwa Ega itu laki-laki bukan karena buat lelucon, tapi karena dia tidak tahu. Rico semakin yakin bahwa ia bukan Viola adiknya, karena adiknya sudah meninggal.
Keesokan harinya Rico mengajak adiknya ke alun-alun untuk melihat perlombaan. Disana mereka bertemu Nia dan Ega. Rico berdiri di kiri kursi roda adiknya, sedangkan Nia dan Ega di sebelah kanan. Ketika mereka asyik mendukung para pemain tiba-tiba ada seberkas cahaya. Ternyata seorang reporter yang memfoto kemeriahan acara tersebut.
Rico mendatangi reporter tersebut. “Selamat siang, maaf mengganggu”. “Siang, tidak apa-apa. Ada yang bisa saya bantu?” kata reporter itu . “Saya mau tanya, apakah anda seorang reporter?” kata Rico. “Iya benar, saya seorang reporter surat kabar yang sedang meliput kemeriahan acara di sini”. Jawabnya. “Kapan berita ini diterbitkan?” tanya Rico. “Besok sudah bisa dibaca.” kata reporter itu. “O, makasih pak.” Kata Rico yang kemudian pergi menuju tempat adiknya tadi.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali ia menunggu di depan rumahnya untuk membeli surat kabar yang memuat berita tentang perayaan agustusan di alun-alun kemarin. Begitu penjual koran datang ia langsung membeli koran itu dan segera menuju kursi di terasnya. Kemudian ia segera mencari halaman berita yang ia cari. Lalu ia menemuka berita dengan judul ‘Kemeriahan Agustusan di Alun-Alun Kota’. Tapi tiba-tiba matanya terbelangak kaget dan badannya merinding ketika melihat foto di berita tersebut. Disana tidak ada foto adiknya, diantara Rico dan Nia kosong padahal seharusnya ada adiknya yang duduk di kursi roda. Matanya masih tercengang melihat foto itu, “Siapa dia?, Makhluk apa dia?, Dari mana dia?, Mengapa tidak bisa ditangkap oleh lensa kamera?” Rico bertanya kepada dirinya sendiri.
Rico masuk ke rumahnya dan melihat mamanya yang sedang menangis, dan disampingnya ada papanya yang berusaha menenangkan mamanya itu. “ Ada papa ma?” tanya Rico. “Mama masih sedih dengan kejadian kemarin”. ”Kejadian apa ma?” tanya Rico lagi. “Meninggalnya adikmu, Viola.” Jawab mamanya. Rico kaget. “ Bukannya mama membawa Viola dari rumah sakit tiga Hari lalu? Mama juga membelikannya seekor kucing permintaannya, mengajaknya ke taman disaat ulang tahunnya?” kata Rico.
Mama dan Papanya bingung dengan kata-kata Rico. Mereka merasa tidak pernah melakukan semua itu. Rico pun jadi tambah bingung Ia pun mencari kucing yang dibeli adiknya. Tapi tidak menemukannya. Akhirnya dia menaiki sepedanya menuju pemakaman adikknya. Di perjalanan ia bertemu Nia dan Ega. Lalu Rico menanyakan kejadian di taman dua hari lalu. Tapi Nia merasa tidak melakukannya. Ia malah berkata bahwa dua hari lalu Viola masih berada rumah sakit.
Lalu Rico menanyakan tentang kejadian di alun-alun kemarin. Tapi mereka berkata bahwa hanya bertemu dengan Rico disana dan tidak ada Viola. Mereka juga berkata bahwa kemarin lusa Viola meninggal, jadi bagaimana mungkin bisa bertemu dengannya kemarin di alun-alun.
Rico pun segera menuju pemakaman dan mencari pohon besar itu setelah menemukannya Rico kembali kaget melihat nisannya ada namanya adiknya, Viola. Padahal ketika ia mengajak mamanya nisan itu tidak bernama. “Kenapa seolah-olah hari berputar lagi ke hari sebelum meninggalnya Viola. Lalu Viola datang dengan sejuta pertanyaan.” kata Rico menanyakan kepada dirinya sendiri. Dan hanya ada satu pertanyaan di benak Rico saat itu, “ SIAPAKAH DIA???”.
-TAMAT-
No comments:
Post a Comment